Kamis, 24 Mei 2012

REALISME ILMIAH (SEBUAH KAJIAN FILSAFAT)


REALISME ILMIAH
(Sebuah Kajian Filsafat)

Kata ‘real’(nyata) berasal dari bahasa latin ‘res’ yang artinya pengertian terhadap sesuatu yang kongkrit dan (sekaligus) abstrak. Sehingga ‘reality’ (realitas/kenyataan) berarti segala hal tentang sesuatu yang nyata, yang real, dan ‘realisme’ adalah doktrin filosofi tentang realitas dan aspek-aspeknya.
Realisme ilmiah ialah teori umum dari pengetahuan ilmiah. Salah satunya mengasumsikan bahwa dunia adalah lumbung pengetahuan yang masih banyak belum tergali oleh manusia. Dan ilmu pengetahuan (sains) merupakan cara yang terbaik untuk mengeksplorasi pengetahuan yang masih misteri tersebut. Sains tidak hanya menghasilkan prediksi, tetapi juga menghasilkan pengetahuan tentang sifat alami benda-benda; Sains mencakup teori metafisika dan teknik dalam satu kesatuan.
Realisme ilmiah memperlihatkan konsep dan eksistensinya untuk sebuah pertentangan antara akal-sehat dengan teori-teori umum yang ada. Berbagai macam kisah baru (sekarang disebut ’argumen’) dan nilai-nilai baru kehidupan muncul, menolak pendapat tradisional dan mencoba menggantikannya dengan pendapat baru tersebut. Itu adalah pertentangan antara pendapat traditional/lama dengan pendapat mereka yang baru.
Realisme ilmiah telah mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sains. Realisme ilmiah tidak hanya menggambarkan apa yang sudah dihasilkan, tetapi juga menyediakan strategi, saran dan solusi dalam penelitian untuk masalah khusus. Hingga Copernicus mengklaim bahwa ilmu astronomi barunya mencerminkan susunan bola yang benar yang timbul secara dinamis. Idenya itu pun bertentangan dengan teori fisika pada saat itu, epistemologi dan doktrin agama yang dianut oleh orang-orang di zaman tersebut. Copernicus telah membuat masalah baru tetapi dia pun juga memberikan solusi penyelesaian dari masalah yang telah dia buat dan tradisi penelitian baru pun mulai berkembang. Pada abad ke-19, teori-teori atom yang berkembang pada saat itu menimbulkan masalah-masalah secara filosofis, fisika, kimia dan metafisika. Banyak kekurangan dari teori-teori tersebut dimana ilmuwan belum mempu untuk menjawabnya. Kekurangan-kekurangan itu dijadikan dasar untuk penemuan-penemuan teori lebih lanjut. Para realis mengembangkannya lebih jauh dan akhirnya bisa mendemonstrasikan batasan-batasan dari teori-teori tersebut. Kritikan einstein pada teori kuantum mulai memberikan peningkatan perkembangan teoretis dan percobaan-percobaan yang akurat dan mengklarifikasi konsep dasar dari teori pada semua kasus tersebut. Dan realisme ilmiah menghasilkan penemuan-penemuan dan menyumbang untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Hanya beberapa filsuf telah menguji interaksi keberhasilan antara realisme ilmiah dan praktek ilmiah. Alasannya bahwa ilmuwan dan filsuf tertarik pada perbedaan sifat benda-benda dan pendekatan masalahnya dalam cara yang berbeda. Seorang ilmuwan berurusan dengan kesulitan-kesulitan konkrit dalam menilai asumsi, teori, pandangan dunia, aturan prosedur dengan cara yang mana mereka mempengaruhi situasi permasalahnnya. Pendapatnya mungkin mengubah satu kasus ke kasus berikutnya dia boleh menemukan bahwa bila sebuah ide seperti realisme ilmiah bermanfaat pada beberapa peristiwa dia hanya mempersulit persoalan pada yang lainnya.
Seorang filsuf juga mau memecahkan masalah, tetapi mereka bermasalah pada berbagai macam perbedaan. Mereka tersangkut ide-ide abstrak seperti ’rasionalitas’, ’determinisme’, ’realitas’ dan sebagainya. Filsuf menguji ide-ide tersebut dengan tenaga yang besar dan, adakalanya, dalam semangat yang kritis, tetapi dia juga percaya bahwa keadaan yang sangat umum dari penyelidikannya akan memberikan kepada dia kebenaran untuk menjatuhkan hasil yang sudah dicapai pada seluruh subjek tanpa mempertimbangkan masalah-masalah khusus, metode-metode, dan asumsi-asumsinya. Secara sederhana dia menganggap bahwa pembicaraan umum dari ide-ide umum menutupi seluruh penerapan-penerapan khusus.
Bila asumsi ini mungkin menjadi benar untuk tradisi abstrak yang mana dikembangkan dari prinsip dan oleh karena itu dapat diharapkan untuk disetujui dengan mereka, tidak benar untuk tradisi sejarah dimana kasus tertentu, termasuk penggunaan hukum-hukum dan teori-teori, diperlakukan sesuai dengan keadaan tertentu yang mana mereka terjadi dan dimana prinsip dimodifikasi, atau disediakan dengan pengecualian supaya setuju dengan keperluan keadaan tersebut. Penelitian yang sudah dilakukan sudah membuat kita menyadari praktek ilmiah, praktek ilmu pengetahuan alam yang tetap, adalah menganyam jaring tradisi sejarah dengan ketat (dalam matematika ini adalah pertama ditunjukkan oleh ahli intuisi, Kuhn sudah mempopulerkan hasil tersebut untuk ilmu pengetahuan alam ketika Wittgenstein telah mengembangkan latar belakang filsafat). Ini berarti bahwa pernyataan umum tentang sains, termasuk pernyataan logika, tidak bisa tanpa keributan lebih lanjut diambil untuk setuju dengan praktik ilmiah (mencoba menerapkannya pada praktek ini dan pada waktu yang sama untuk memberikan catatan kebenaran berdasarkan sejarah darinya yang sudah memimpin kemunduran rasionalisme). Kita harus menyelidiki bagaimana ilmuwan sebenarnya berpikir tentang realitas dan apa ide realisme yang mereka kerjakan. Kita harus mempelajari bermacam-macam versi realisme ilmiah.

TIPE REALISME

Untuk persoalan pemahaman Copernicus tentang kebenaran teori-teori. Sementara pengikut aristoteles melihat pada fisika dan dasar filsafat untuk informasi tentang struktur dunia, Copernicus dan Keppler mengklaim kebenaran pandangan yang tidak termasuk teori dasar dari waktu. Seperti pada jaman purbakala ketidakcocokan bukan antara posisi realis dan instrumentalisme mutlak, antara dua posisi realis yaitu antara dua klaim berbeda dari kebenaran.
Klaim kebenaran dapat timbul hanya dengan melihat pada teori-teori tertentu. Teori pertama dari realisme ilmiah oleh karena itu tidak memimpin ke interpretasi realistik untuk semua teori, tetapi hanya untuk itu semua yang mana telah dipilih sebagai dasar penelitian. Mungkin dinyatakan sebagai (a) bahwa teori yang dipilih telah menunjukkan kebenaran atau (b) bahwa mungkin mengasumsikan kebenarannya, sungguhpun teori tersebut sudah tidak dibuat atau (bb) adalah pada konflik dengan kenyataan dan pandangan yang dibuat.
Pandangan copernicus merupakan kebenaran yang tidak sederhana sebab sesuai dengan kenyataan – kesalahan-kesalahan apapun yang ada pada suatu teori dapat diketahui dengan mencocokkannya dengan kenyataan yang ada – tetapi karena mereka telah dipengaruhi oleh prediksi-prediksi novel dan karena mereka tidak gagal ketika menerapkan topik sederhana tersebut sehingga sukses pun tercapai. Mereka akan tetap pada kebenaran itu hingga ada ketentuan yang menerobos kebenaran tersebut. Bila mereka bisa menyatakan kebenaran dari beberapa bagian suatu teori (misalnya garis bujur dan garis lintang suatu planet) tetapi tidak untuk yang lainnya (peredaran bersama Venus dan Merkurius pada garis edarnya). Kita telah menemukan kebenaran pandangan copernicus untuk segala bagian dari hal tersebut.
Versi kedua dari realisme ilmiah mengasumsikan bahwa teori ilmiah mengenalkan kita pada entitas baru dengan sifat-sifat dan efek sebab akibat yang baru. Versi ini sering pertama kali diidentifikasi, tetapi secara sembarangan: teori-teori yang salah dapat mengenalkan entitas-entitas baru (hampir seluruh unsur-unsur dari alam semesta secara fisik dikenalkan oleh teori-teori yang sekarang kita mempercayainya sebagai hal yang salah). Teori-teori mengandung istilah-istilah teoretis seperti istilah syncategorematik bisa menjadi benar, tidak setiap teori mengenalkan entitas dan, paling penting, teori dapat dirumuskan dengan cara yang berbeda, menggunakan entitas teoretis yang berbeda dan tidak jelas yang mana entitas yang didukung untuk menjadi hal-hal yang nyata (contoh pertama diketahui adalah penggunaan sebuah excentre atau ofan epicycle untuk garis edar dari matahari). Interpretasi keppler dari Copernicus memperlihatkan hubungan antara versi pertama dan veri kedua dalam kasus spesial ini: teori tersebut benar dalam semua bagiannya pada formulasi yang diberikan oleh Copernicus, semua entitas teoretisnya dapat diasumsikan mewakili entitas nyata.
Situasi tidak selalu sesederhana itu, bagaimanapun entitas teoretis mungkin mewakili entitas nyata – tetapi tidak untuk teori yang pertama kali diusulkan. Sebuah contoh vektor potensial dalam elektrodinamika. Menggunakan teorema Stoke bersama dengan divisi B = 0 (tanpa eksistensi muatan magnetik) Kita dapat menghadirkan setiap vektor medan magnetik sebagai medan vektor garis lingkaran, sebagaimana medan elektrostatik yang lain dapan dihadirkan sebagai gradien skalar. Banyak ahli fisika telah menafsirkan potensial sebagai pelengkap penting, yaitu sebagai entitas teoretis hanya secara langsung berhubungan dengan entitas nyata seperti muatan, arus, medan. Faraday, yang memperkenalkan ’elektrotonik state’ yang baru-baru ini direpresentasikan sebagai potensial vektor. Diasumsikan untuk menjadi keadaan nyata dari materi dan mencari efeknya. Perubahan keadaan mempunyai efek bisa diidentifikasi dengan jelas (arus induksi) – tetapi Faraday juga mencari efek dari keadaan ’while it continued’, dan dia menganggap efeknya sebagai kondisi yang perlu dari eksistensinya. Standar belakang pencarian (dimana saya akan memanggilnya kriteria Faraday) ialah bahwa entitas teoretis merepresentasikan entitas nyata hanya jika bisa ditunjukkan pengaruh terhadap dirinya sendiri dan tidak melulu ketika berubah, atau bertindak dalam kontes dengan entitas lain. Standar yang sangat rumit menyulitkan penerapan versi kedua dari realisme ilmiah.
Dia juga membuat kita memahami mengapa begitu banyak ilmuwan menolak teori atom sebagai sebuah catatan dari aturan zat/bahan meskipun kemampuannya untuk menjelaskan kenyataan yang sudah familiar dan memprediksikan yang tidak familiar (kebebasan, lebar range nilai yang lebih, dari kerapatan dan kekentalan gas): ramalan melibatkan fenomena massa dan tidak mempercayai keanehan-keanehan proses molekul (atom) individual. ”hal tersebut hanya masuk pada gerak Brown – yang mana kemudian menjadi fenomena krusial untuk teori kinetik. Lagipula, kita menyadari bahwa mungkin pantas mempertahankan entitas teoretis yang tidak memuaskan kriteria Faraday: teori baru mungkin memperkenalkan koneksi baru dan bermaksud menemukan efek yang diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar